Sebuah Kisah dari Abu Hurairah

Pada postingan sebelumnya kami telah memposting "Bila waktu tobat berakhir", sekarang kisah renungan islami kembali menyajikan "Sebuah kisah dari abu hurairah".

Abu Hurairah mengatakan bahwa seseorang jatuh sakit parah. Teman-temannya duduk mengelilinginya. Tiba-tiba orang itu pingsan. Karena menganggap telah meninggal, orang-orang di sekelilingnya menutupinya dengan selembar kain dan menutup matanya. Ketika mereka akan memandikannya, dia bergerak. Mereka memandanginya dengan rasa heran dan memberitahukan bahwa mereka telah menganggapnya meninggal. Mendengar hal itu, dia memberitahukan bahwa benar dia telah meninggal. Setelah mati, dia dibawa ke kubur. Seorang pemuda tampan dengan bau wewangian meletakkannya di dalam kubur. Tapi tiba-tiba, seorang perempuan hitam dan kotor muncul. Perempuan itu mulai menunjukkan kesalahan-kesalahannya satu demi satu, sehingga dia menundukkan kepalanya, karena malu. Dia bertengkar dengan perempuan itu tentang kesalahan-kesalahannya. Akhirnya, perempuan itu berkata bahwa perselisihan mereka akan diselesaikan di tempat lain nanti. Dia mengikuti perempuan itu dan memasuki sebuah rumah yang luas yang memiliki lantai tinggi yang berkilauan. Sebuah masjid berdiri di salah satu pojokannya dan ada orang yang sedang shalat, dia membaca surah an-Naml, tetapi berhenti di tengah-tengah surah, karena terlupa. Dia membantu laki-laki itu meluruskan ayat tersebut. Setelah menyaksikan shalatnya, laki-laki itu bertanya kepadanya apakah dia hafal surah itu. Dia membenarkan. Mendengar hal itu, laki-laki tersebut mengeluarkan sebuah buku dari bantalnya dan mulai membacakannya. Ketika itu perempuan hitam juga ada di sana dan mulai menunjukkan perbuatan buruknya satu demi satu. Laki-laki yang tampan dan berbau wangi juga datang dan menyangkal perempuan itu, dengan menyebutkan segala perbuatan baiknya. Mendengar hal itu, salah seorang yang ada di masjid mengumumkan bahwa meskipun dia membuka dirinya terhadap segala risiko, tetapi Allah telah mengampuni kelalaian-kelalaiannya dan menambahkan bahwa kematiannya belum juga datang dan bahwa dia akan meninggal pada hari Senin.


Abu Hurairah mengatakan bahwa laki-laki yang sakit itu mengatakan kepada mereka, kalau dia meninggal pada hari Senin menurut bisikan Ilahiah, dia yakin bahwa yang telah dilihat laki-laki itu adalah benar dan dosa-dosanya akan diampuni. Jika kematiannya tidak terjadi di hari Senin, mereka harus menganggap apa yang telah dilihatnya adalah hanya sekadar mimpi tak berarti. (Ibn Abi Dunya).

Bila Waktu Tobat Berakhir

Kisah renungan islami - Bila waktu tobat berakhir

Merujuk kepada tafsir tentang tsumma yatuubuuna min qaribe (mereka menunjukkan penyesalan ketika kematian semakin dekat) dikatakan bahwa waktu bertobat akan berakhir segera setelah munculnya malaikat maut di depan orang yang sekarat.

Bakr ibn Abdullah mengatakan bahwa waktu bertobat amat panjang, tetapi ia akan berakhir dengan munculnya malaikat maut, ketika seseorang kehilangan kesadarannya (Ibn Abi Dunya).
Muawiyah ibn Abu Sufyan berkata bahwa Nabi bersabda, di antara Bani Israel, ada seorang pendosa yang telah melakukan 77 kasus pembunuhan. Ketika kesadaran menyapanya, dia datang kepada seorang rabi (orang yang mengetahui agama). Dia mengaku bahwa tidak ada dosa yang belum dia lakukan dan dia telah membunuh 77 manusia yang tidak berdosa. Lalu dia menanyakan kepada rabi tersebut apakah masih ada kesempatan baginya bertobat. Rabi itu berkata bahwa hanya ada sedikit kemungkinan dia diampuni. Dia begitu kecewa mendengar hal itu, sehingga ia membunuh rabi tersebut dan pergi. Lalu dia mengunjungi rabi yang lain dan mengakui dosa-dosanya kepada rabi tersebut. Dia bertanya kepadanya, apakah dia dapat membimbing pertobatan atas dosa-dosanya itu. Rabi menjawab tidak. Karena kecewa, dia lalu mebunuh rabi itu dan pergi. Dia mendatangi rabi lainnya, mengakui dosa-dosanya, dan bertanya jika tobatnya dapat diterima. Rabi itu pun menjawab tidak. Begitu mendengar jawaban tidak, ia segera membunuhnya. Dia terus mencari rabi untuk menanyakan kemungkinan melakukan tobat. Tapi semua rabi yang ditemuinya mengatakan tidak mungkin, hingga ia melakukan seratus pembunuhan.

Mungkin anda tertarik untuk membaca: Gambaran dan kondisi alam barzakh

Setelah itu, dia masih bertekad menemui seorang rabi lainnya. Dia lalu mengakui dosa-dosa kepada rabi tersebut dan bertanya apakah dia akan mendapat ampunan. Rabi itu menjawab dengan tenang. Adalah salah jika kita mengatakan bahwa Tuhan tidak menghampiri mereka yang memohon ampunan-Nya. Lalu, orang itu meminta rabi tersebut memintakan ampunan baginya. Rabi itu kemudian menasihati-nya agar memperbaiki jalan hidupnya. Dia menyarankannya agar pergi ke sebuah tempat dan tinggal bersama orang-orang yang baik. Dia hampir mencapai setengah perjalanannya, ketika para malaikat mencabut nyawanya. Setelah kematiannya, malaikat rahmat dan malaikat azab mulai berselisih tentang siapa yang harus mengangkat jenazah itu. Ketika itu, muncullah malaikat ketiga dan memutuskan bahwa mereka harus mengukur jarak antara tempat berangkatnya dan tujuannya. Kalau dia berada lebih dekat ke tempat tujuannya, dia harus dianggap orang beriman. Jika sebaliknya, maka ia termasuk orang berdosa. Ketika jarak tersebut diukur, ternyata dia berada satu jengkal lebih dekat kepada tempat tujuannya. Karenanya, dia lalu mendapatkan ampunan dan diangkat malaikat rahmat. (Abu Na’im).

Demikian kisah ini, semoga menjadi pelajaran untuk kita semua. Baca juga "Kehadiran malaikat maut saat kematian"

Kehadiran Malaikat Pada Saat Kematian

Pada posting sebelumnya Kisah renungan islami telah mempost "Para malaikat menciumi orang yang meninggal" dan kali ini kisah tentang kehadiran malaikat pada saat kematian.

Hasan ibn Saleh menyatakan bahwa pada malam kematian saudaranya, Abi ibn Saleh, saudaranya memintanya agar diambilkan segelas air penuh. Setelah menyelesaikan shalatnya, dia memberikan air yang dimintanya itu. Tetapi saudaranya berkata bahwa dia telah meminumnya. Dia heran siapa yang telah memberinya segelas air minum sementara tidak ada orang lain di rumah itu. Abi ibn Saleh berkata bahwa jibril baru saja menjenguknya, dan setelah memberinya segelas air, dia memberikan kabar gembira bahwa dia, saudara laki-lakinya dan ibunya berada di antara orang-orang yang dikucurkan rahmat Allah, dan termasuk dalam kelompok Siddiqin, Syahidin dan Salihin. (Ibn Sandab).

Abd ar-Rahman ibn Ghanam al-Asy’ari mengatakan bahwa anak laki-laki Mu'adz ibn Jabal meninggal karena wabah penyakit di Amwas (sebuah tempat di Suriah). Ketika kematian anaknya, Mu'adz menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Tetapi dalam sebuah pertempuran ketika dia terkena tombak seorang kafir dan saat hampir meninggal, dia berkata: "Teman telah datang membantu. Penyesalan seorang laki-laki yang meninggalkan teman yang membutuhkannya, tidak akan pernah berhasil." Abdur Rahman berkata, ketika dia mendengar kalimat aneh ini, dia bertanya kepada Mu'adz apakah dia melihat sesuatu. Mu'adz membenarkan dan berkata bahwa Tuhan telah menganugerahi kehormatan kepadanya karena menunjukkan kesabaran yang luar biasa pada saat kematian anaknya. Dia menambahkan bahwa anaknya telah datang kepadanya dan memberikan kabar gembira. Nabi beserta para malaikat terkemuka, syuhada dan para sahabatnya yang saleh, dalam ratusan barisan, akan mengadakan shalat jenazah untuk memberkati arwahnya dan kemudian mengiringinya ke surga. Setelah mengucapkan kata-kata ini, dia pingsan. Ketika dia tidak sadarkan diri, orang-orang melihatnya berjabat tangan. Mu'adz pun berkata: "Selamat datang. Selamat datang. Aku datang kepadamu." Begitu mengucapkan kata-kata ini, dia lalu meninggal dunia. Abdur Rahman mengatakan bahwa setelah kematian Mu'adz, dia melihat dalam mimpinya bahwa Mu'adz dikelilingi sejumlah orang yang berpakaian putih, menaiki kuda, dan berdiri di tengah-tengah kumpulan orang-orang itu. Dia mengangkat sebuah bendera yang bertuliskan: "Inilah pahala bagi mereka yang menanggung bencana dan duka dengan penuh kesabaran." Dia juga terlihat sedang membacakan sebuah syair: "Segala puji bagi Allah yang menepati janji-janji-Nya dan menjadikan kita pemilik kediaman ini. Kita dapat tinggal di surga ini, di mana pun yang kita sukai. Pahala yang baik adalah bagi mereka yang bekerja keras." Abdur Rahman mengatakan bahwa setelah itu dia terbangun (Ibn Asakir).

Sufyan mengatakan bahwa ketika Daud ibn Abi Hind terserang penyakit, dia pingsan. Setelah beberapa saat, dia pulih dan mengatakan bahwa dua orang telah mucul di depannya. Salah satunya bertanya kepada yang lain: "Apa yang engkau dapatkan darinya?" orang itu menjawab: "Dia telah banyak menghabiskan waktunya untuk memuji Tuhan, mendatangi masjid dan mambaca Al-Quran yang telah dihafalnya." (Abu Na'im).

Semoga bermanfaat, baca juga Kisah dramatis mengenai budak perempuan.

Para Malaikat Menciumi Orang yang Meninggal

Kisah Renungan Islami - Para Malaikat Menciumi Orang yang Meninggal.
Artikel ini dikutip dari Buku "Mati itu spektakuler" Penerbit "Zaman".
Jangan lewatkan "Perubahan malaikat maut ketika mencabut nyawa".

Daud ibn Abi Hind menyatakan bahwa dia pernah jatuh sakit berat. Selama sakit, seseorang berkepala besar dan berbahu rata yang mirip orang Sudan muncul di depannya. Begitu melihat orang itu, dia berkata: "Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali." Dia mengira lelaki itu datang untuk mencabut nyawanya. Tetapi Daud bukanlah orang yang tidak beriman sehingga harus didatangi seorang malaikat berwarna hitam. Tak lama setelah itu, dia mendengar sebuah suara terdengar seperti atap rumah yang runtuh. Tiba-tiba atap di atasnya terbuka dan langit menjadi terlihat. Dua malaikat berpakaian putih turun dari langit. Kedua malaikat itu lalu memarahi orang hitam tersebut dan mengusirnya pergi. Namun lelaki hitam itu menatapnya dari jauh dan kedua malaikat itu terus saja memarahinya. Kemudian salah satu dari malaikat itu duduk di dekat kepala Daud dan yang satunya di dekat kakinya. Malaikat itu menyentuh kedua kakinya dan memberi tahu rekannya bahwa dia sering berjalan kaki untuk shalat. Kemudian yang kedua meminta kepada yang pertama untuk menyentuh mulutnya. Malaikat itu menyentuh mulutnya dan berkata bahwa mulut itu masih hangat dengan ucapan pujian kepada Tuhan. (Ibn Abi Dunya; Kitab Man Asya Ba'd al-Maut).

Abu Qatadah bercerita bahwa kemanakannya, Majan, sakit keras. Dia enggan menjenguknya, karena Majan pernah berbuat salah terhadapnya. Ketika Majan berada di ambang kematian, kasih sayang dan cinta Abu Qatadah menguasainya. Ia menyadari bahwa Majan adalah anak saudara laki-lakinya dan dia sedang berada dalam ambang kematian, karenanya dia harus mengetahui kondisi kesehatannya. Abu Qatadah lalu menjenguk kemanakannya yang sedang sakit itu. Majan mengatakan kepadanya bahwa dua orang laki-laki hitam muncul dengan membawa martil di tangannya. Kemudian dua malaikat turun dari atap rumah itu. Dia mendengar salah seorang malaikat itu berkata kepada yang lain bahwa dia harus pergi ke orang yang sakit untuk memastikan apakah dia telah mengerjakan perbuatan saleh atau tidak. Maka salah satu dari malaikat itu mendekatinya dan menciumi kapala, perut, dan kakinya. Kemudian malaikat itu kembali dan memberi tahu rekannya bahwa dia telah mencium kepalanya tapi kosong dari Al-Quran, dia telah mencium perutnya tapi tidak ada tanda-tanda pernah puasa. Dan dia telah menciumi kakinya tapi tidak ditemukan tanda-tanda pernah melakukan ibadah. Setelah itu, malaikat yang lainnya mendekati Majan dan menciumi kepala, perut, telapak kaki dan telapak tangan. Kemudian Abu Qatadah mendengar malaikat itu berkata bahwa dia heran mengapa seorang pengikut Nabi seperti Majan tidak memiliki sifat-sifat mulia. Lalu malaikat itu membuka mulut Majan dan menekan ujung lidahnya. Abu Qatadah mengatakan bahwa waktu itulah dia mendengar ma-laikat berseru "Allahu Akbar" dan berkata bahwa dia telah menemukan takbir di ujung lidahnya yang pernah diucapkan-nya dengan ikhlas di Antakia, sebuah kota di kerajaan Romawi. Segera kedua malaikat meremas lidahnya, aroma kesturi menyebar ke semua arah, dan barulah nyawa Majan dicabut. Abu Qatadah mengatakan bahwa ketika malaikat pergi setelah mencabut nyawa kemanakannya itu, dia meminta kedua orang hitam yang sedang berdiri di pintu untuk meninggalkannya, karena mereka tidak boleh menyentuh jenazah itu. Di pagi harinya, Abu Qatadah menceritakan kejadian ini kepada orang-orang. Satu hal yang sangat mengharukan mereka. Setelah melaksanakan shalat jenazah, mereka mendoakan arwah Majan.

Baca juga post sebelumnya : Durhaka kepada orang tua

Durhaka Kepada Orang Tua

Kisah Renungan Islami - Berikut ini kisah seorang laki-laki dimasa Rasulullah yang Durhaka Kepada Orang Tuanya dalam kisah ini kepada Durhaka kepada Ibunya. Laki-laki ini tidak bisa mengucapkan 2 kalimat syahadat saat akan meninggal namun.. Baca kisah selengkapnya. Kisah ini dikutip dari Buku "Mati itu spektakuler" Penerbit "Zaman".

Abdullah ibn Abi Aufa mengatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi dan memberi tahu beliau bahwa seorang pemuda yang berada di ambang kematiannya sedang dituntun mengucapkan kalimat tayyibah (tidak ada Tuhan melainkan Allah), tapi selalu gagal. Nabi menanyakan apakah anak muda itu sudah terbiasa mengucapkan kalimat tayyibah selama hidupnya. Orang-orang menjawab bahwa dia terbiasa mengucapkan kalimah tersebut. Nabi merasa aneh jika seseorang yang telah mengucapkan kalimat itu sepanjang hidupnya, gagal mengucapkannya pada detik-detik akhir kehidupannya. Kemudian Nabi mendatangi pemuda itu dan mengajarkannya mengucapkan kalimat tayyibah, tetapi dia memperlihatkan ketidakmampuannya. Nabi bertanya mengapa dia seperti begitu. Anak muda itu memberitahukan bahwa hal itu karena dia tidak patuh kepada ibunya. Nabi bertanya apakah ibunya masih hidup. Dia membenarkan. Nabi kemudian meminta orang-orang memanggil ibunya. Ketika perempuan itu datang, beliau bertanya kepadanya, apakah pemuda itu anaknya. Dia membenarkan. Nabi lalu bertanya apa yang akan dia lakukan jika anaknya itu dibakar di dalam api yang menyala-nyala. Perempuan itu lalu menjawab bahwa dia memaafkan anaknya. Nabi memerintahkan dia bersumpah demi Tuhan dan mengumumkan di depan semua orang bahwa dia sudah memaafkan anaknya itu. Perempuan tua itu lalu melakukannya. Kemudian Nabi memerintahkan anak muda itu mengucapkan kalimat tayyibah. Dengan mudah, pemuda itu mengucapkannya. Nabi merasa sangat senang dan berkata bahwa Tuhan telah menyelamatkan pemuda itu dari hukuman neraka. (H.R. Baihaqi, Thabrani).

Abdur Rahman Maharbi mengatakan bahwa seseorang yang sedang sekarat diperintahkan mengucapkan kalimat tayyibah, tapi dia mengaku tidak dapat mengucapkannya, karena dia sering berteman dengan orang-orang yang pernah menjelek-jelekkan Abu Bakar dan Ustman (Ibn Asakir).
Nabi mengutus Abu Qatadah bersama beberapa orang pada sebuah misi ke Zam, salah satu pegunungan di Madinah. Ada seorang laki-laki yang bernama Amar ibn Sabt secara kebetulan bertemu pasukan muslim ini. Ketika melihat mereka dia mengucapkan kalimat tayyibah. Tapi karena mereka meragukan keimanannya, mereka tidak membalas salamnya. Lalu, Mahlam ibn Jasana melangkah maju dan membunuhnya. Ketika inilah sebuah ayat diwahyukan untuk mencela orang-orang muslim:

Hai orang-orang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah. janganlab kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu: "Engkau bukan orang-orang mukmin (Lalu kamu membunuhnya)." (Q.S. 4: 94).

Mahlam mengadu kepada Nabi dan memohon agar dia diampuni. Nabi berkata bahwa Tuhan mungkin tidak mengampuninya. Ketika Mahlam mendengar hal itu, berlinanglah air matanya dan dia pergi meninggalkan pasukan itu. Dia ia meninggal dalam minggu itu juga. Ketika hendak dikuburkan dan diletakkan ke liang lahad, jasadnya terlempar keluar. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Lalu, orang-orang meninggalkannya di tengah bebatuan. Ketika Nabi mendengar hal ini, beliau berkata bahwa bumi sebenarnya dapat menerima orang-orang yang lebih buruk dari Mahlam. Kejadian itu dimaksudkan menarik perhatian kaum muslim agar mengambil hikmah dari peristiwa itu.

Demikian kisah Durhaka Kepada Orang Tua, semoga bisa menjadi bahan renungan bagi kita betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua utamanya kepada Ibunda. Baca juga "Kisah budak perempuan II"

Perubahan Rupa Malaikat Maut Ketika Mencabut Nyawa

Kali ini kisah renungan islami memposting artikel yaitu Perubahan Rupa Malaikat Maut Ketika Mencabut Nyawa. Seperti apa Perubahan Rupa Malaikat Maut Ketika Mencabut Nyawa? Baca kisahnya dibawah ini. Baca juga postingan sebelumnya "Kisah Budak Perempuan II".
(1) Abu Sha’thar Jabir ibn Zaid mengatakan bahwa para malaikat pada mulanya mencabut nyawa orang tanpa rasa sakit. Lalu orang-orang mulai memprotes kepada Tuhan yang telah menciptakan penyakit-penyakit. Tapi mereka malah menganggap kematian berasal dari penyakit dan melupakan malaikat maut (Marazi, Ibn Abi Dunya, Abu asy-Syaikh). Singkat kata, kecuali beberapa orang yang terpilih, banyak orang mengaitkan kematian dengan penyakit.

(2) A’masy mengatakan bahwa awalnya malaikat maut muncul di hadapan orang-orang dalam bentuk manusia dan meminta mereka menyelesaikan keinginannya yang terakhir, sehingga dia dapat mencabut nyawa mereka. Tapi mereka kemudian mengeluh dengan cara itu. Lalu Tuhan menciptakan penyakit-penyakit dan menaruh kematian di belakangnya.

(3) Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi bahwa sebelum malaikat maut datang kepada manusia dalam bentuknya sekarang, dia pernah mendatangi Nabi Musa. Lalu Musa menempelengnya dan membuat buta salah satu matanya. Malaikat itu kemudian mengadu kepada Tuhan bahwa hamba-Nya Musa telah membuatnya buta. Kalau saja Tuhan tidak memuliakan Musa, tentu dia akan membalasnya. Tuhan lalu memerintahkannya untuk mendatangi Musa dan memberitahunya agar meletakkan tangannya pada seekor sapi dan Tuhan akan memperpanjang umurnya sebanyak bulu yang menempel di tangannya. Malaikat maut membawa pesan Tuhan kepada Musa yang bertanya apa yang akan terjadi setelah itu. Malaikat maut menjawab bahwa kematian akan datang kepadanya setelah habisnya masa perpanjangan. Setelah itu Musa berkata, jika dia harus: meninggal, dia lebih suka meninggal saat itu juga. Kemudian dia memberikan sebuah apel kepada Musa. Ketika dia mulai menciuminya, malaikat itu mencabut rohnya. Allah lalu memulihkan mata malaikat maut itu. Sejak saat itu, dia berhenti muncul dengan rupa manusia (H.R. Ahmad, Bazar, dan Hakim).

Demikian artikel tentang Perubahan Rupa Malaikat Maut Ketika Mencabut Nyawa, baca juga Gambaran malaikat Izrail & Malaikat lainnya.

Kisah Budak Perempuan (II)

Kisah renungan islami kali ini menghadirkan Kisah dramatis seorang Budak Perempuan yang dibeli oleh seorang Alim pada masa itu, ternyata budak perempuan itu adalah.. Baca kisah lengkapnya dibawah. Sebelumnya telah saya posting Kisah Budak Perempuan (I), jangan lewatkan ya.

Muhammad ibn Hussain Baghdadi berkata: "Suatu hari aku berangkat menunaikan haji. Kebetulan aku melewati pasar Makkah dan melihat seorang laki-laki tua yang menggandeng seorang budak perempuan yang tampak pucat tetapi wajahnya berseri-seri. Laki-laki tua itu berteriak, "Siapa yang mau membeli budak perempuan ini? Adakah yang mau membayar dua puluh koin emas dengan syarat aku tidak bertanggung jawab terhadap segala kekurangannya?" Aku dekati laki-laki tua itu dan bertanya kepadanya: "Aku sudah tahu harganya, tolong beri tahukan kekurangan-kekurangannya." Kemudian lelaki tua itu mulai merincinya: "Dia seorang perempuan gila, dan selalu tampak cemas. Dia beribadah sepanjang malam dan berpuasa sepanjang siang; tidak makan, tidak minum, dan suka sekali menyendiri."

Sifat-sifat anak itu menarik perhatianku, maka aku membelinya. Aku melihatnya duduk dengan wajah tertunduk, tapi kemudian dia mengangkat kepalanya dan berkata: "Tuan muda, dari mana negeri asal Tuan? semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepadamu." Aku menjawab: "Dari Irak." Dia bertanya: "Irak bagian mana, Basrah atau Kufah? "Aku menjawab: "Bukan dari keduanya." Dia bertanya lagi: "Apakah Tuan dari Baghdad? Aku berkata: "Ya." Dia berseru kegirangan dan berkata: "Itu adalah kota para orang saleh, itu adalah kota orang-orang beriman." Aku bertanya bagaimana budak perempuan ini memiliki pengetahuan tentang orang-orang saleh. Karena rasa senangku, aku bertanya: "Orang-orang saleh mana yang kamu kenal?" Dia mulai menghitungnya: "Malik ibn Dinar, Bashar Hafi Saleh, Muhammad ibn Husein Baghdadi, Rabi'ah, Advia, Sha'wana, dan Maimuna."

Aku bertanya kepadanya: "Bagaimana engkau tahu tentang orang-orang saleh itu?" Orang-orang ini adalah para dokter hati. Merekalah orang-orang yang dekat dengan Allah dan karena itu mereka tidak suka selain mencari keridaan-Nya. Tujuan utama mereka adalah Allah. Betapa mulianya tujuan mereka, mereka hanya persembahkan diri kepada Allah. Mereka tidak terperangkap dunia, maupun kesenangan dan masalahnya." Aku lalu berkata kepadanya: "Wahai anak perempuan, Aku adalah Muhammad ibn Husein." Dia berkata: "Aku selalu memohon kepada Allah agar Dia memberikanku kesempatan melihatmu. Bagaimana dengan suaramu yang memesonakan hati-hati para muridmu?" Aku berkata, "Aku masih memilikinya (suara yang memesona)." Dia berkata, "Demi Tuhan, bacakan untukku bagian dari Al-Quran." Lalu aku bacakan: "BismiiIahi rrahmanirrahim"." Dia menjerit keras dan tidak sadarkan diri. Aku percikkan air padanya dan dia tersadar, lalu berkata: "Jika nama-Nya saja berpengaruh begitu mendalam, apa yang akan terjadi denganku ketika aku melihat-Nya di surga?" Kemudian di berkata lagi: "Baiklah, bacakan lagi Al-Quran. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu." Aku membacakan sebuah ayat Al-Quran:

Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah yang mereka sangka itu. (Q.S. 45: 21).

Mendengar ayat ini, dia berkata "Alhamdulillah, aku tidak menyembah siapa pun selain Dia tidak pula aku memuja berhala." Kemudian dia memintaku membacakan beberapa ayat lagi:

Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim neraka
yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, mereka akan diberi minum air seperti besi mendidih yang menghanguskan mereka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Q.S. 18: 29).

Kemudian dia menambahkan "mengapa engkau membuat hatimu menjadi begitu muram. Buatlah ia hidup di antara pengharapan dan rasa takut." Dia berdoa "Semoga Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadamu." Kemudian dia memintaku membaca beberapa ayat lagi:

Banyak wajah pada hari (kebangkitan) itu berseri-seri, tertawa dan bergembira ria (dengan berita gembira). (Q.S. 80: 38-39).

Aku juga membacakan Ayat ini:
Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri, melihat Tuhan mereka. (Q.S. 75: 22-23).

Dia kemudian berkata: "Aduhai, betapa cemasnya aku akan pertemuan dengan-Nya ketika Dia menampakkan diri-Nya kepada para wali-Nya." Lalu dia berdoa: "Semoga Allah memberkahi engkau dengan rahmat-Nya. Bacakanlah lagi beberapa ayat." Aku bacakan beberapa ayat Al-Quran:

Mereka dikelilingi anak-anak muda yang tetap muda
Dengan membawa gelas, ceret, dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir
Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih
Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan
Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli Laksana mutiara yang tersimpan baik
Sebagai balasan bagi apa yang mereka kerjakan
Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa
Akan tetapi mereka mendengar ucapan salam
Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu
Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri
Dan pohon (pisang) yang bersusun-susun (buahnya)
Dan naungan yang terbentang luas
Dan air yang tercurah
Dan buah-buahan yang banyak
Yang tidak terhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya Dan kasur-kasur yang empuk
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung
Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan
Penuh cinta lagi sebaya umurnya
(Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan. (Q.S. 56: 17-38).

Kemudian budak perempuan itu memberitahuku: "Milikmu adalah pengikat (perkawinan) dengannya. Engkau harus mengeluarkan sesuatu untuk hadiah perkawinan." Aku bertanya padanya: "Apakah (hadiah) perkawinan bagi mereka, karena aku adalah laki-laki yang miskin?" Dia berkata: "Hadiah perkawinan mereka adalah tahajud, berpuasa di siang hari, dan mencintai orang-orang miskin dan anak-anak yatim." Sesudah itu, budak perempuan itu melantunkan bait-bait puisi berikut:

Wahai laki-laki yang menginginkan bidadari-bidadari di surga Yang terobsesi dengan mereka
Bersemangatlah, berjuang keras, dan jangan malas
Bertahajudlah di tengah malam
Karena ia adalah mas kawin bagi perawan-perawan surga Yang menyilaukan mata
Yang memiliki dada-dada montok
Yang berjalan beriringan bersama gadis sebayanya Yang mengenakan kalung berkilauan
Yang tak ada tara bandingnya di dunia

Sesudah melantunkan bait-bait itu, dia tidak sadarkan diri. Lagi-lagi aku memercikkan air di wajahnya. Setelah tersadar, ia berdoa:

Ya Tuhan, lindungilah aku dari azab-Mu. Dengan kasihmu, Engkau ampuni dosa-dosaku, karena Engkau Maha Penyayang dan Maha Pemurah. Orang-orang berpendapat baik tentang diriku, namun bila tidak Engkau ampuni kesalahan-kesalahanku, maka hancurlah aku. Tidak ada jalan bagiku selain mengharapkan pengampunan-Mu dan tidak kuharap apa pun selain rahmat-Mu.

Setelah mengucapkan doa puitis ini, budak tersebut tidak sadarkan diri lagi. Ketika aku menghampirinya, dia telah meninggal dunia. Aku betul-betul kaget dan segera pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan untuk menguburkannya. Sewaktu pulang dari pasar, aku menemukan mayatnya sudah terkafani dan sudah diberi parfum, serta siap dibawa ke kubur. Kafannya terdiri dari dua lembar kain berwarna hijau, yang merupakan baju surga. Di atas kain kafan, tertulis dua baris kalimat dengan menggunakan cahaya langit. Baris pertama adalah kalimat thayyibah: "La ilaha illallah, Muhammad rasulullah." Baris yang lain berisi sebuah ayat Al-Quran, "Maka ingatlah, para wali Allah, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih."

Dengan bantuan beberapa kawan, aku membawa jenazahnya. Setelah mengucapkan doa, kami menguburkannya. Aku mengalami penderitaan yang amat sangat akibat kematiannya. Saat pulang, aku melakukan shalat dua rakaat dengan sangat khusyuk, lalu tertidur. Dalam ridurku, aku bermimpi melihat budak perempuan itu berjalan di surga. Dia berada di sebuah taman Zafaron yang kecil tetapi beraroma harum. Dia menggunakan setelan sutera dan brokat, juga sebuah mahkota di atas kepalanya bertaburan permata. Dia mengenakan sepatu yang terbuat dari batu mulia. Aroma minyak kesturi dan parfum memancar dari badannya. wajahnya lebih cerah daripada Matahari dan Bulan. Aku berkata: "Wahai anak perempuan, berhentilah sebentar dan beri tahu aku amalan apa sehingga kamu dianugerahi tempat terhormat ini." Dia berkata: "Semua ini karena rasa cintaku yang aku tunjukkan pada orang-orang papa dan anak-anak yatim; doaku supaya diampuni; dan menyingkirkan benda-benda berbahaya dari jalan umum." Dia kemudian mengucapkan bait-bait puisi berikut:

Kemujuran adalah orang yang di malam hari matanya selalu terjaga
Dan melewatkannya dalam kerinduan akan kebesaran cinta Tuhannya
Menyesali kekurangannya di siang hari
Menyendiri di malam hari
Menghitung bintang dan takut akan hukuman Allah

Allah menyaksikan semua itu

Demikian kisah renungan islami Mengenai budak perempuan ini semoga bermanfaat. Baca juga Kisah kematian orang-orang takwa

Kisah Rasyid ibn Sulaiman

Setelah kisah yang saya posting kemarin "Kisah seorang perempuan cantik yang sabar" dan kini kisah renungan islami kembali menghadirkan kisah Rasyid ibn Sulaiman, berikut kisahnya.

Dahhak Maz'ahim berkata: "Pada Jumat malam, aku pergi untuk menemui pengurus masjid Kufah. Malam itu diterangi cahaya Bulan. Di halaman masjid, aku melihat seseorang sedang bersujud dan menangis tersedu-sedu. Aku berpikir dia tentu seorang wali. Aku mendekatinya untuk dapat mendengarkan ucapannya. Dia mengatakan:

Wahai Pemilik segala kehormatan, hanya kepada-Mu saja aku beriman. Kekayaan adalah milik orang yang mencari keridaan-Mu, milik orang yang menghabiskan malamnya dalam keterpesonaan dan ketakutan terhadap-Mu, dan melepaskan perihnya hanya di hadapan Pemilik Segala Keagungan. Dia tidak memiliki tujuan dan kepedulian; baginya, hidup hanya diabadikan dalam cinta Allah yang tiada akhir. Saat tirai malam menyelimutinya, dia sibuk memohon kepada Allah. Lalu, Dia mengabulkan permohonannya dengan mengatakan: "Di sinilah aku bersamamu."

Orang itu mengulangi kalimat tersebut dengan berlinang air mata. Karena rasa simpati, akhirnya aku juga ikut menangis. Kemudian dia berbicara, seakan melihat cahaya langit dan mendengar seseorang yang membacakan syair:

Hamba-Ku, di sinilah Aku.
Engkau ada dalam lindungan-Ku
Malaikat-malaikat-Ku menyukaimu
Dan seluruh dosa-dosa-Mu telah Aku ampuni

Kemudian aku menyapanya: "Assalamu'alikum." Dia membalas: "Wa'alaikum salam." Aku berkata: "Semoga Tuhan memberkatimu dan mengasihimu, tapi beri tahu aku, siapa Anda!" Dia berkata: "Aku Rasyid ibn Sulaiman." Aku sudah pernah mendengar namanya dan mengenal sifat-sifatnya. Sejak lama, ingin sekali aku bertemu dengannya. Pada hari itu, Tuhan memberiku kesempatan untuk bertemu dangannya. Ketika aku meminta tinggal bersamanya, dia mengatakan: "Sulit, saat seseorang sedang berada dalam kenikmatan dekat dengan Tuhannya, dia tidak pernah berhubungan dengan orang lain. Demi Tuhan, jika para wali Allah melewati kita, mereka tentu akan mengatakan: ‘orang-orang ini tidak percaya kepada hari akhir.’" Setelah menyatakan ini Rasyid menghilang. Tuhan Mahatahu apakah dia terbang ke langit atau menghilang ke dalam bumi. Perpisahan dengannya memperparah dukaku, maka aku berdoa kepada Tuhan agar Dia memberi kesempatan untuk bertemu lagi dengannya sebelum aku meninggal.

Suatu hari, saat berhaji, aku melihatnya di balik dinding Ka’bah yang sedang dikelilingi sekelompok orang yang membacakan surah al-An'am. Melihat aku, dia tersenyum dan berkata: "Inilah buah kebaikan ulama dan berkah para wali Allah." Dia lalu berdiri, menjabat tanganku, dan memelukku sambil mengatakan: "Apakah Anda memohon kepada Allah agar bertemu aku lagi?" Aku benarkan perkataannya. Kemudian aku memintanya memberitahukan apa yang telah dilihatnya dan didengarnya pada malam itu. Dia menjerit begitu kerasnya seolah hatinya hancur. Dia terjatuh tak sadarkan diri. Sedang orang-orang yang tadi mengelilinginya dan membacakannya Al-Quran telah pergi. Ketika sadar kembali, dia berkata: "Saudaraku, engkau tidak tahu perihnya duka lara dan rasa takut di dalam hati para wali Allah ketika dia membuka rahasia kekasih-Nya." Aku bertanya: "Siapakah tadi orang-orang yang membaca Al-Quran di sekelilingmu?" Dia berkata: "Mereka adalah jin. Aku menghormati mereka karena hubungan lamaku dengan mereka. Mereka melaksanakan haji dalam rombonganku setiap tahun dan membacakan aku Al-Quran." Kemudian dia mengucapkan selamat berpisah kepadaku dengan doanya:

Semoga Tuhan mengatur pertemuan kita di surga, di mana tiada perpisahan, kerja-keras, kesedihan, dan derita.

Setelah mengucapkan doanya, dia menghilang. Dan sejak itu, aku tidak pernah melihatnya lagi.

Baca juga kisah Putra Harun Ar-Rasyid, kisah seorang anak raja yang rela meninggalkan kemewahan istananya.

Kisah Seorang Perempuan Cantik yang Sabar

Kisah renungan islami tentang "Kisah seorang perempuan cantik yang Sabar". Kisah berikut ini mengisahkan kesabaran dan ketabahan seorang perempuan meskipun cobaan yang diberikan kepadanya sungguh luar biasa, berikut kisahnya.

Abu Hassan Siraj bercerita: Ketika aku pergi haji, aku mengelilingi Ka’bah dan tanpa sengaja melihat seorang perempuan cantik. Aku berkata: "Demi Tuhan, belum pernah aku melihat orang secantik ini. Pastilah kecantikan itu karena dia belum pernah mengalami kesedihan." Rupanya dia mendengarkan gumamanku, lalu berkata: "Apa yang telah Anda ucapkan? Demi Tuhan, aku telah terbenam dalam dukacita dan kesengsaraan. Tak seorang pun yang mau berbagi rasa denganku." Aku bertanya: "Apa yang terjadi denganmu?" Dia berkata: "Suamiku adalah penyembelih domba. Saat itu kedua anakku yang masih kecil sedang bermain-main, sedang seorang bayi ada di pangkuanku, sementara aku juga harus memasak. Kemudian salah satu dari anak itu berkata: mari aku tunjukan cara bapak kita menyembilah domba. Anak yang satunya setuju. Dan seketika itu juga dia membunuh saudaranya sepeti membunuh seekor domba dengan cara merebahkannya ke tanah. Dia lalu lari ketakutan, dan mendaki sebuah bukit di mana seekor serigala melahapnya. Bapaknya pergi mencari-cari dia dan dalam perja-lanan pencarian anaknya, dia meninggal dunia karena kehausan yang sangat. Aku mendudukkan bayi itu dengan penuh harapan mendapat kabar di mana suamiku. Sementara bayiku merangkak ke perapian yang di atasnya ada periuk mendidih. Segera saja dia menggoyang-goyangkanya, dan jatuhlah periuk itu ke atasnya, akibatnya tubuhnya terbakar sampai kulitnya terkelupas. Aku juga masih memiliki seorang anak gadis yang tinggal di rumah suamiku. Ketika malapetaka ini terdengar olehnya, dia terjatuh dan tewas. Begitulah, akhirnya kini tinggal aku sendirian."

Aku bertanya: "Bagaimana engkau dapat tahan dengan semua kemalangan ini?" Dia berkata: "Orang yang mau merenung tentang kesabaran dan ketidaksabaran akan memahami banyak perbedaan di antara keduanya. Balasan kesabaran adalah kemuliaan, adapun ketidaksabaran tidak ada pahalanya." Kemudian dia membacakan syair berikut dan pergi.
Pertahananku adalah hal yang terbaik untuk diandalkan: kesabaran.
Sekiranya diperoleh kebaikan dari ketidaksabaran, sudah pasti telah kujalani
Aku bertahan dari segala kemalangan yang dapat meruntuhkan gunug-gunung

Air mataku dapat terkendali. Dia bisa tertahan keluar Tapi kini, ia terjatuh ke relung hatiku

Demikian kisah renungan ini, semoga Allah memberikan kepada kita selalu kesabaran dalam setiap keadaan yang kita alami di dunia ini. Baca juga Kisah Putra Harun Ar-Rasyid.

Kisah Seorang Pemuda yang Pergi Berhaji

Pada kisah sebelumnya "Kisah putra Harus Ar-Rasyid" sekarang kisah renungan islami kembali menyajikan kisah renungan yang berjudul Kisah Seorang Pemuda yang Pergi Berhaji. Kejadian ganjil apakah yang dialami pemuda ini, baca kisah selengkapnya.

Ibrahim Khawas berkata: Aku berhaji bersama rombongan banyak teman yang sudah pernah berhaji. Dalam perjalanan, tiba-tiba aku dikuasai dorongan untuk menyendiri dan timbul keinginan kuat dalam diriku untuk pergi meninggalkan rombongan itu. Maka, aku tinggalkan rombongan itu dan mengambil jalur lain seorang diri. Aku teruskan perjalanan sendirian ini selama tiga hari tiga malam tanpa henti dan tak pernah terpikir olehku makan maupun minum. Setelah berjalan tiga hari tiga malam, aku sampai di hutan yang rimbun dan hijau, di mana tumbuh buah-buahan dan bunga-bunga dari berbagai jenis, semua baunya harum dan manis. Di tengah-tengah tempat ini ada sebuah sumber air yang bergolak. Aku menganggap inilah surga yang benar-benar mengagumkan. Aku masih dalam keterpanaan ketika melihat serombongan orang yang sedang berjalan menuju ke arahku. Wajah-wajah rombongan ini seperti manusia. Mereka mengenakan kain indah yang bergambar. Mereka mengelilingiku dan memberi salam. Aku jawab salam mereka dan berkata: "Di mana kalian dan di mana aku?" Tiba-tiba aku merasa bahwa mereka adalah jin.

Salah seorang dari mereka berkata: "Memang ada perseilisihan pendapat di antara kalian (manusia) tentang kami. Pada malam pengambilan sumpah setia kepada Allah, kami mendengar kitab suci (Al-Quran) yang telah membebaskan kami dari semua kecemasan dunia. Lalu, Tuhan menganugerahkan tempat ini untuk kami." Aku bertanya: "Seberapa jauh tempat di mana aku meninggalkan teman-temanku?" Mendengar pertanyaanku, salah seorang dari mereka tersenyum dan berkata: "Wahai Abdul Ishak, mistri adalah cara-cara Allah. Seorang pemuda dari bangsamu pernah datang ke sini dan meninggal di tempat ini. "Lihatlah, inilah kuburannya," mereka menunjuk sebuah kuburan. Aku melihat kuburan yang berada di tepi kolam itu, dikelilingi taman kecil di mana tumbuh aneka bunga yang belum pernah aku lihat.

Kemudian jin itu berkata: "Jarak ke tempat itu dari sini memakan waktu berbulan-bulan lamanya." Ibrahim berkata: "Baik, beri tahu aku ciri-ciri anak muda itu." Salah seorang dari mereka lalu menceritakan kepadaku tentang anak muda itu: Kami sedang duduk-duduk di sisi sumber air itu sementara membincangkan tentang kuatnya cinta Allah. Tidak lama kemudian datanglah anak muda itu dengan memberi salam kepada kami. Kami jawab salamnya, dan bertanya: "Wahai anak muda, dari mana asalmu?" Dia menjawab: "Nishapur." Kami bertanya lagi, "Sudah berapa lama kamu meninggalkan kota itu?" Dia menjawab: "Tujuh hari." "Apa tujuanmu meninggalkan kota itu?" tanya kami lagi. "Aku telah mendengar firman-firman suci, di antaranya adalah:
Dan kembalilah kepada Tuhanmu (dengan penuh penyesalan) dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab, dan kemudian kamu tidak dapat ditolong. (Q.S. 39: 54).

Kami bertanya lebih lanjut: "Apa yang dimaksud dengan ‘rasa sesal’ dan azab?'" Dia lalu menjelaskannya. Ketika sampai pada pembahasan "azab," dia menjerit dan meninggal dunia. Lalu kami menguburkannya di sini.

Ibrahim berkata: "Aku sangat terkesan mendengar cerita itu. Karenanya, aku dekati kubur itu dan kulihat ada sebuah karangan bunga bakung yang sangat besar. Di bagian kepala kuburnya, tertulis kata-kata berbahasa Arab: inilah kubur kekasih Allah. Ia meninggal karena hatinya yang teguh."

Di atas daun bakung, tertulis penjelasan kata "rasa sesal." Aku membacanya dan para jin itu memintaku memberitahukan maksud kata itu. Mereka menjadi sangat senang dan mulai bersuka cita. Mereka berkata: "Persoalan kami yang menjadi perselisihan di antara kami telah terpecahkan." Ibrahim berkata: "Aku lalu merasa ngantuk. Dan ketika aku terjaga, aku telah berada di dekat masjid Aisyah yang terletak di daerah Tan'im (dekat Makkah) dan menemukan sebuah karangan bunga tergeletak di bajuku. Bunga itu tetap aku simpan selama satu tahun. Anehnya, bunga-bunga itu tetap segar. Namun demikian, setelah beberapa hari (dari satu tahun itu), karangan bunga itu tiba-tiba menghilang."

Kisah Putra Harun Ar-Rasyid

Berikut ini kisah renungan mengenai seorang Putra Raja yang rela meninggalkan kemewahan untuk mendapatkan ridho dari Allah. Simak kisah lengkapnya. 

Raja Harun ar-Rasyid mempunyai seorang anak laki-laki, berusia hampir delapan belas tahun. Dia suka duduk bersama orang-orang saleh. Dia sering mengunjungi kuburan dan menyapa orang mati sambil berkata: "Engkau telah menjalani kehidupan yang fana. Engkau telah meninggalkan dunia yang tidak memberikan kedamaian. Karena engkau sekarang sudah mencapai kubur, aku hanya ingin mengetahui apa yang terjadi padamu dan pertannyaan-pertanyaan apa yang harus kalian jawab." Anak khalifah terkenal itu sering terdengar membawakan bait ini:

Aku merasa ngeri melihat prosesi penguburan setiap hari
Tangisan untuk si mayat sungguh sangat menyesakkanku


Suatu hari, dia mendatangi ayahnya yang sedang duduk bersama para menteri dan pesuruhnya. Tubuh anak raja ini terbungkus kain kasar dan mengenakan serban di kepalanya.

"Anak gila ini telah merendahkan Raja," bisik pesuruhnya. Mereka lalu meminta Khalifah menegur anaknya agar mengubah penampilannya. Khalifah berkata kepada anaknya, "Engkau benar-benar telah merendahkanku, anakku." Anak itu tidak menjawab tetapi menunjuk kepada seekor burung liar yang hinggap di dekat situ, dan berkata: "Demi Allah, aku minta kamu datang dan hinggap di atas lenganku." Seketika itu juga, burung itu terbang dan hinggap di atas lengannya. Lalu dia meminta burung itu pergi, dan burung itu pun terbang kembali ke tempatnya.

Kemudian ia berkata kepada ayahnya: "Cara Ayahanda mencintai dunia sungguh membuat aku malu dan aku sudah putuskan untuk berpisah dengan Ayah." Sesudah mengucapkan ini, dia meninggalkan tempat itu. Dia membawa sebuah Al-Quran. Tetapi beberapa saat sebelum dia pergi, ibunya memberi sebuah cincin yang sangat berharga yang dapat dijual saat terdesak. Dilangkahkannya kakinya menuju Basrah dan mulailah ia bekerja sebagai buruh. Dia hanya bekerja seminggu sekali dan harus mencukupkan diri dengan pendapatan satu hari untuk delapan hari. Dia memperoleh sekitar Rp 206 jika dirupiahkan lebih sedikit untuk pekerjaannya dan tidak meminta lebih dari itu. Dia membelanjakannya sangat sedikit, demi mempertahankan hidup.

Abu Amir Basri bercerita bahwa salah satu dinding rumahnya telah runtuh dan dia sedang mencari seorang tukang batu untuk membangunnya lagi. Dia melihat seorang pemuda tampan sedang duduk dan membaca Al-Quran. "Maukah kau bekerja untukku?" dia bertanya kepada anak itu. "Ya, aku mau. Manusia dilahirkan untuk mendapatkan nafkah dari keringatnya sendiri. Apa yang dapat aku kerjakan untukmu?" Abu Amir berkata: "Aku menginginkanmu bekerja mengaduk semen." "Baik, aku minta Rp 206 untuk upah harianku, dan tidak bekerja selama waktu shalat." Abu Amir menerima kedua syarat ini.

Sadar bahwa beban pekerjaan yang diselesaikan anak muda itu tidak mungkin dikerjakan oleh sepuluh orang, Abu Amir memberikan Rp 412 lebih banyak dari yang ditetapkan. Tapi, anak itu malah menolak dan pergi sesudah mengambil jumlah yang telah disepakati.
Hari berikutnya, Abu Amir mencari lagi anak itu, tetapi ia tidak menemukannya. Dia bertanya kepada setiap orang, apakah mereka dapat menceritakan siapa gerangan anak muda itu. Seseorang memberitahunya: "Pemuda itu hanya bekerja pada hari Sabtu."

Setelah menilai pekerjaan anak muda itu, Abu Amir begitu terpikat sehingga rela menghentikan pekerjaannya selama seminggu. Pada hari Sabtu, dia mulai mencari lagi anak itu. Dia melihatnya sedang membaca Al-Quran, seperti kala itu. Dia menyalaminya dan bertanya apakah dia mau bekerja lagi untuknya atas dasar persyaratan yang disepakati.

Karena heran dengan banyaknya pekerjaan yang diselesaikan anak itu, Abu Amir menjadi penasaran dengan cara kerjanya. Ia pun mengintip anak itu ketika sedang bekerja. Dia melihat dengan penuh keheranan bagaimana, ketika anak itu merekatkan adukan di dinding, batu-batu yang ada di tanah menyusun sendiri secara otomatis. Abu Amir meyakini bahwa anak muda itu pastilah orang saleh, karena hanya orang sucilah yang memiliki kekuatan gaib dalam pekerjaannya. Setelah anak muda itu selesai, Abu Amir memberinya tiga rupee, tapi anak muda itu menolak menerimanya sembari menegaskan kalau dia tidak membutuhkan uang tambahan. Dia mengambil uang satu rupee dan pergi.

Abu Amir menunggunya hingga hari Sabtu lagi. Tetapi kali ini, setelah berusaha mencari, jejak anak ini tidak tampak. Dia menanyakan pada beberapa orang, dan seorang laki-laki memberitahunya bahwa pemuda itu sedang terbaring sakit di dalam hutan. Abu Amir mengajak lelaki itu mencari si pemuda.

Sampailah mereka di hutan. Abu Amir melihat anak muda itu terbaring di atas tanah setengah sadar, berbantalkan sepotong batu bata. Dia menyalaminya, tetapi tidak mendapat jawaban. Sekali lagi dia menyapanya, dan pemuda itu membuka matanya seolah sudah tahu bakal kedatangan orang. Abu Amir mengangkat kepalanya dan meletakkannya di pangkuannya. Anak muda itu tiba-tiba marah atas perbuatan itu. "Jangan tertipu kenyamanan duniawi! Kehidupan akan segera berakhir dan kita akan berpisah dengan kenyamanan itu. Ketika seseorang meninggal dunia, peringatkan dirimu bahwa suatu hari kamu juga akan menemui akhirat. Nanti, jika rohku telah meninggalkan kerangka yang fana ini, tolong mandikan aku dengan baik dan kuburkan aku setelah membungkus badan ini dengan pakaian yang sedang aku kenakan."

Abu Amir bertanya, "Mengapa tidak aku bawakan sebuah kain kafan yang pas untukmu?" Dia berkata, "orang-orang yang hidup lebih berhak memanfaatkan pakaian yang baru." (Inilah juga yang diutarakan Abu Bakar Shiddiq saat dia mau meninggal dunia. Dia katakan bahwa dia harus dikuburkan sesudah dibungkus dengan pakaian yang sedang dia kenakan.) Anak muda itu berkata: "Lama atau baru, kain kafan akan menjadi usang. Yang seseorang bawa ke akhirat adalah amal perbuatannya. Berikan serban dan tempat airku kepada penggali kubur sebagai upahnya dan bawalah cincin dan Al-Quran ini kepada Raja Harun ar-Rasyid. Jagalah baik-baik dan serahkan sendiri barang-barang ini kepada Raja. Beri tahu Raja bahwa barang-barang ini ditinggalkan seorang anak pengembara. Beri tahu dia supaya berhati-hati terhadap kematian dan kelalaian."
Setelah mengatakan hal itu, roh pemuda itu terbang menuju surga.

Abu Amir baru menyadari bahwa pemuda itu seorang pangeran. Dia melaksanakan permintaan terakhir pemuda itu, ia lalu menguburkannya. Dia memberikan serban dan tempat air kepada penggali kubur dan membawa Al-Quran dan cincinnya ke Baghdad. Ketika sampai di dekat istana, dia melihat suatu rombongan keluar dari istana. Abu Amir berhasil menemukan podium yang tinggi di mana dia dapat menyaksikan apa yang sedang terjadi. Dia melihat prosesi angkatan bersenjata yang terdiri dari seribu tentara berkuda. Prosesi ini keluar satu per satu. Dan, pada barisan ke sepuluh, dia melihat Raja keluar. Maka berteriaklah Abu Amir: "Demi Tuhan, berhenti dan dengarlah apa yang akan aku katakan atas nama Nabi yang suci!"

Mendengar ucapan itu, Raja memperhatikannya. Cepat-cepat Abu Amir menuju ke arah Raja dan berkata: "Barang-barang ini diberikan kepadaku oleh seorang anak pengembara yang memintaku untuk menyerahkannya kepada Anda." Raja melihat barang-barang yang rasanya pernah akrab dengannya itu. Setelah beberapa saat, ia menundukkan kepala dengan penuh linangan air mata. Raja meminta seorang pesuruh untuk menjaganya sampai dia kembali.

Ketika Raja kembali ke istana, ia memerintahkan agar tirai-tirai di kamarnya diturunkan. ia berkata: "Panggil orang itu agar aku dapat meringankan beban dukaku." Pesuruh itu pergi ke Abu Amir dan memberitahukan bahwa Raja ingin ditemani olehnya. Namun demikian, Abu Amir memperingatkan dirinya sendiri bahwa Raja sedang sedih dan dia harus menjaga kata-katanya kalau berbicara dengannya.

Sampai di kamar Raja, Abu Amir melihat Raja sedang duduk seorang diri. Raja meminta agar dia mendekat dan duduk di sebelahnya. Raja bertanya apa yang anaknya sering kerjakan.

Abu Amir memberitahukan kalau dia sering mencari nafkah dan bekerja sebagai tukang batu. "Apakah dia bekerja untukmu?" tanya Raja. "Ya," jawab Abu Amin Raja berkata: "Tidak tahukah kamu kalau dia berhubungan dekat dengan Nabi?" (Raja adalah keturunan Abbas ibn Abd al-Muthalib, paman Nabi). Abu Amir menyesal tidak tahu apa pun tentang anak itu saat dia bertemu dengannya dulu. Kemudian Raja bertanya apakah dia yang memandikan anaknya. Abu Amir mengiyakan. Raja menyentuh tangannya dan menggenggamnya erat-erat ke dadanya. Ketika itulah ia menyenandungkan bait ini:

Hatiku mulai luluh, mengenang sang pengembara kesepian yang jauh dariku
Meskipun begitu, dukanya sungguh memenuhi hatiku
Kematian, tak pelak, memporandakan kenyamanan kita
Wahai pengembara, wajahmu adalah secercah cahaya rembulan Yang menempel pada lehermu nan jenjang dan berkilau
Kubur telah menelan sepotong bulan, bulan atau cahaya bulan

Selanjutnya, Raja Harun ar-Rasyid menziarahi kuburan anaknya, ditemani Abu Amir. Ketika mereka sampai di tempat itu, Raja melantunkan syair berikut ini:

Betapa besar keinginanku
Berjumpa dengan sang pengembara yang tak akan pernah kembali
Kematian terlalu dini menjemputnya
Engkau adalah cahaya kedua mata ini
Hatiku tergetar oleh cintamu
Dan ayahmu ini, aku akan segara merasakan Cawan Kematian dalam usia uzurnya
Sedang engkau dalam usia mudamu mendahului merasakannya
Cepat atau lambat siapa pun harus menerima cawan itu
Di mana pun ia berada, di hutan atau di kota
Kita hanya dapat memuji Tuhan
Dan dialah yang menentukan perilaku kita

Melanjutkan ceritanya, Abu Amir berkata bahwa setelah memanjatkan doa-doa di malam hari, dia tidur dan bermimpi melihat sebuah sumber cahaya yang berubah menjadi suatu awan keperakan. Dilihatnya wajah pemuda pengembara itu keluar dari awan. Pemuda itu menyapa dia dan berkata: "Aku berdoa semoga Allah membalas kebaikan yang telah engkau lakukan untukku." Abu Amir bertanya bagaimana keadaannya setelah mengucapkan selamat tinggal kepada dunia yang fana ini. Pemuda itu berkata bahwa dia dikelompokkan ke dalam orang-orang yang diberkati, dan dia menikmati rahmat itu yang tak satu pun manusia dapat mengerti atau memahaminya.

Abdullah ibn Mas'ud berkata: Orang yang dapat menahan tidur dan melakukan shalat sepanjang malam telah dijanjikan hal-hal semacam itu (seperti pemuda tersebut) oleh Allah. Menurut Al-Quran, tak seorang pun pernah memimpikan kesenangan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang diberkati di akhirat kelak.


Menurut kisah yang lain, ketika seseorang bertanya kepada Raja Harun ar-Rasyid tentang anaknya, dia berkata: "Anak itu lahir jauh sebelum aku menjadi raja. Anak itu benar-benar mengetahui Al-Quran dan cabang ilmu pengetahuan lainnya. Ibunya telah memberinya sebuah cincin yang berharga yang tak dapat dia manfaatkan dan dikembalikannya sebelum dia meninggal. Dia sangat patuh kepada ibunya."


Demikian kisah renungan mengenai putra Harun Ar-Rasyid, semoga dapat kita renungkan betapa hinanya dunia ini. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari cinta dunia yang berlebihan. Share jika anda rasa bermanfaat. Baca juga kisah seorang pemuda yang mendapat istana di surga.

Jeritan Mayat dan Alat Penyiksa

Bara ibn Azib mengatakan bahwa Nabi bersabda, ketika orang yang tidak beriman mengungkapkan ketidak tahuannya, terdengar sebuah suara dari langit bahwa ia telah berbohong, dan karenanya api neraka yang membara telah dikobarkan untuknya. Dia akan diselimuti pakaian api, pintu neraka akan dibuka, dan akan melewati panasnya neraka. Kuburnya akan mengerut sedemikian rupa, sehingga satu sisi rusuknya menusuk sisi yang lain, kemudian penjaga yang buta dan tuli ditempatkan untk menyiksanya, penyiksa memiliki sebuah gada besi yang sangat berat sehingga sekali pukul dapat membuat sebuah gunung menjadi bubuk. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa ketika penjaga memukul jenazah dengan gada besi, ia menjadi debu dan suara yang dikeluarkan akibat dari pukulan terdengar semua makhluk hidup dari barat sampai ke timur, kecuali manusia dan jin. Setelah itu, tubuhnya dipulihkan lagi.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa ketika jenazah dipukul dengan gada besi, ia berteriak sangat keras sehingga selain manusia dan jin, segala sesuatu didekat kubur mendengar jeritan itu.
Timbullah pertanyaan di sini, apa alasannya jeritan orang yang meninggal dan suara pukulan gada  besi tidak terdengar oleh manusia dan jin? Jawabannya adalah manusia dan jin belum masuk ke alam barzakh. Jika mereka tahu siksaan yang ditimpakan pada jenazah lebih dulu atau jika mereka mendengar jeritan jenazah, sangat mungkin mereka percaya akan kebenaran wahyu dan mulai mengerjakan kebaikan. Tuhan lebih menyukai kepercayaan kepada yang gaib, yaitu percaya kepada apa yang telah didengar pada Nabi, tidak peduli apakah dia mengerti alasannya atau tidak. Inilah yang disebut “iman”.
Sesungguhya ampunan dan pahala adalah bagi mereka yang takut kepada Tuhannya tanpa melihat-Nya.

Jika mereka diperlihatkan apa yang terjadi di neraka, di surga, dan di barzakh, di dunia ini, maka keimanan terhadap yang gaib tak lagi mempunyai arti. Karena secara alami manusia percaya kepada yang dilihat mata, mereka akan mudah  percaya terhadap apa yang dilihatnya. Tapi Tuhan tidak suka terhadap orang-orang yang percaya hanya karena melihat dengan matanya. Karena alasan inilah, keimanan pada saat datangnya kematian tidak dapat diterima.  Sebab ketika itu, orang yang sedang sekarat dapat melihat para malaikat yang menimpakan azab. Dalam surah al-Mu’min dikatakan: “Maka iman mereka tidak berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa kami.” (Q.S. 40: 85). Pada hari kebangkitan ketika mereka melihat surga dan neraka, mereka menyarakan keimanan kepada Allah dan menyarakan kebenaran ajaran Rasul, tetapi keimanan meraka tidak berguna sama sekali.

Jawaban yang lain mengapa manusia tidak mendengar teriakan dalam kubur adalah karena mereka tidak tahan terhadap jeritan yang menyayat hati. Jika mereka harus menyaksikan azab kubur atau mendengar jeritannya, mereka akan pingsan. Abu Said mengatakan  bahwa Nabi bersabda: ketika orang-orang mengusung peti mati orang yang tidak beriman, dia berkata: “celakalah aku. Hendak kemana kalian bawa aku?” suaranya terdengar semua makhluk kecuali manusia. Sekiranya seseorang mendengar jeritannya, dia akan pingsan.


Tuhan semesta alam bukan saja memberi tahu Nabi rahasia barzakh. Tetapi juga menunjukkan semua hal tentangnya, karena beliau memiliki daya tahan yang luar biasa. Sedemikian kuatnya dia tahan itu, sehingga pemandangan neraka tidak mengganggu beliau, sekalipun itu beliau sedang tertawa, berbicara, berjalan,  duduk atau makan bersama sahabatnya.  Abu Ayub mengatakan bahwa suatu hari setelah matahari terbenam, Nabi pergi keluar (Madinah) dan mendengar suara mengerikan, beliau bersabda: “Orang-orang yahudi sedang disiksa di dalam kuburnya.”

Zaid ibn Tsabit mengatakan bahwa mereka menemani Nabi yang sedang berkuda pergi ke sebuah kebun milik satu suku (Bani Najjar). Dalam perjalanan, kuda itu menjadi tidak dapat dikendalikan di dekat suatu tempat di mana ada lima atau enam kubur. Nabi bertanya kepada sahabatnya. Jika ada diantara mereka mengenali jenazah-jenazah yang terbaring di dalam kubur itu. Salah satu dari sahabat beliau mengatakan bahwa dia kenal. Nabi bertanya kapan mereka meninggal. Dia menjawab bahwa mereka meninggal di masa jahiliyah. Nabi mengatakan bahwa para penghuni kubur itu sedang disiksa. Baca : "Kengerian Kubur"

Demikian kisah renungan mengenai "Jeritan Mayat dan Alat Penyiksa" baca juga "Penyerahan diri seorang perempuan". Jangan lupa di share ya..

Malaikat Maut Mendatangi Rumah Setiap Hari

Diriwayatkan dari Hasan bahwa malaikat maut mengunjungi setiap rumah tiga kali sehari. Malaikat maut mencabut nyawa seseorang, lalu anggota keluarganya berdukacita, atas kematiannnya. Malaikat itu kemudian berdiri di depan pintu rumah sambil berkata bahwa dia tidak dapat dipersalahkan, karena dia hanyalah menuruti perintah dari Allah. Dia bersumpah demi Allah bahwa dia tidak mungkin merampas kehidupan seseorang, tidak juga meperpendek umurnya, atau memotong masa hidupnya. Lalu dia meneruskan perjalanannya, mengunjungi rumah-rumah sampai dia mencabut lagi nyawa dari penghuninya.

Hasan juga mengatakan bahwa jika anggota keluarga orang yang ditinggalkan melihat malaikat maut dan mendengar kata-katanya, mereka akan melupakan jenazah itu dan mulai menangisi diri mereka sendiri. (Marozi, Ibn Abi Dunya, Abu asy-syaikh)

Penyerahan Diri Seorang Perempuan

Dan bersegerahlah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. 3: 133-134).
           

Para ulama menulis bahwa sebagian orang dipenuhi rasa iri pada hak istimewa Bani Israil, sehingga jika salah seorang diantara mereka melakukan dosa, diwajibkan bertaubat atas dosanya dengan cara memberlakukan hukuman pada dirinya, yaitu memotong hidung atau telinganya, di mana hukuman itu  tertulis di atas pintu rumahnya. Ini adalah keyakinan Bani Israil bahwa jika pendosa menebus dosanya, dia telah diselamatkan dari dosa yang dilakukannya. Mereka dapat memperhatikan terhadap satu kesalahan. Sehingga mereka berpikir hukuman semacam itu lebih ringan dibanding hukuman di akhirat. Kisah ini dimuat dalam beragam kitab hadis yang memberikan kesaksian positif terhadap fakta bahwa setelah melakukan perbuatan dosa, pelaku dosa akan merasa takut. Bukan saja orang laki, orang perempuan juga mengalami perasaan yang sama. Seorang perempuan diriwayatkan telah bersalah karena melakukan perzinaan. Ia datang kepada Nabi dan mengakui dosanya di hadapan beliau. Dengan semangat ingin dibersihkan dosanya, dia rela menerima hukuman rajam. Akibatnya dia dilempari batu sampai mati. Dia melakukan hal itu karena merasa takut dengan dosa yang dilakukannya.

Penderitaan dahsyat lima penghuni kubur

Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa seorang pemuda yang sedang dirundung sedih datang kepada Abdul Malik. Abdul Malik menanyakan sebab kesedihannya. Pemuda itu memberitahukan bahwa dia bersedih karena dosa yang telah dilakukannya. Abdul Malik bertanya kepadanya apakah dosanya lebih besar daripada bumi dan langit, dia mengiyakan. Abdul Malik bertanya lagi apakah dosa-dosanya lebih besar dari langit yang tertinggi. Dia mengiyakan. Abdul Malik bertanya lagi apakah dosa-dosanya begitu memilukan sehingga rahmat Tuhan pun tidak dapat membebaskannya. Kali ini, pemuda itu terdiam. Kemudian Abdul Malik bertanya dosa apa yang telah dia lakukan. Pemuda itu berkata bahwa dia seorang pencuri yang mencuri kain kafan, dan mendapatkan pengalaman yang mengerikan akan kondisi lima penghuni kubur sehingga membuatnya menyesali dosa-dosanya:
Aku menggali sebuah kuburan dan melihat wajah jenazah telah berpaling dari kiblat dan dia sedang disiksa. Aku begitu ketakutan dan berbalik pergi, tetapi sebuah suara dari pembicara gaib terngiang di telingaku dan mendesakku menanyakan kepada ahli kubur itu mengapa hukuman dijatuhkan kepadanya. Aku memperlihatkan ketidakmampuanku melakukan hal itu. Pembicara gaib itu lalu mengatakan bahwa ia disiksa karena memandang shalat sebagai sesuatu yang tidak penting. 

Lalu, aku menggali kubur  kedua dan melihat manyat di dalamnya telah berubah menjadi seekor babi dan terbelenggu. Aku sangat ketakutan melihatnya, begitu aku berbalik, aku mendengar sebuah suara gaib yang mendesakku bertanya kepada penghuni kubur itu, mengapa ia disiksa sedemikan. Aku memperlihatkan ketidakmampuanku melakukan hal itu. Suara gaib itu lalu memberitahukan bahwa dia adalah pemabuk berat.

Aku menggali kubur ketiga dan melihat mayat di dalamnya diikat dengan paku-paku neraka dan lidahnya ditarik keluar. Aku begitu ketakutan dan hampir saja berbalik ketika aku mendengar seorang pembicara gaib mendorongku bertanya kepada penghuni kubur itu mengapa dia disiksa. Aku memperlihatkan ketidakmampuanku melakukan hal itu. Pembicara gaib itu kemudian memberitahuku bahwa dia tidak jujur dalam brtransaksi dengan orang lain.

Aku menggali kubur keempat dan melihat jenazah sedang dipanggang dalam api yang membara dan para malaikat memberinya pukulan keras, sedang dia hanya dapat menjerit. Aku begitu ketakutan dan hendak berbalik. Tapi suara gaib mendesakku bertanya mengapa dia dihukum. Aku memperlihatkan ketidakmampuanku melakukan hal itu. Suara gaib itu memberitahukan bahwa dia seorang pembohong dan kerap bersumpah palsu. 

Aku menggali kubur kelima dan melihat para malaikat sedang memukuli penghuni kubur itu dengan menggerakkan tiang api. Penghuni kubur itu menjerit sangat keras. Aku begitu ketakutan dan hampir saja mau berbalik ketika suara gaib mendesakku bertanya keada ahli kubur itu mengapa ia disiksa. Aku memperlihatkan ketidakmampuanku melakukan hal itu. Suara gaib itu berkata bahwa dia suk bersenang-senang dan bermain catur yang dilarang Nabi.

Sebagai kesimpulan, siksa kubur dijatuhkan sebagai akibat dosa-dosa yang dilakukan oleh hati, mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, kaki,dan semua anggota tubuh. Bagian-bagian tubuh itu juga akan mendapat pahala, jika melakukan pebuatan baik. Semoga Allah melindungi kita dari pedihnya siksa kubur, Allahumma Amiinn..

Jeritan kubur

Abu Hurairah mengatakan, suatu kali dia bersama Nabi ikut acara penguburan. Ketika Nabi sampai di pemakaman, dia pergi ke sebuah kubur dan melantunkan suara yang sangat jelas: “Wahai anak cucu  Adam, engkau telah melupakanku. Aku adalah tempat kesunyiaan, tempat tinggal kesenyapan, pondok belantara, akulah tempa tinggal para cacing, dan aku sungguh sempit.” Setah itu Nabi bersabda: “ kubur adalah salah satu taman dari taman-taman surga atau salah satu lubang dari lubang-lubang neraka.”  

Di Dalam Kubur

Ketika seorang saleh meninggal, dia akan didudukkan malaikat dan tak akan merasa cemas. Pertanyaan yang berkaitan dengan islam lalu diajukan kepadanya. Setelah itu, dia ditanya tentang nabinya. Dia menjawab bahwa nabi adalah seorang yang membawa tanda-tanda yang jelas dari tuhan, dan dia percaya tanda-tanda itu semuanya benar. Setelah itu dia diperlihatkan sebuah tempat dineraka yang menggambarkan amat kacau. Lalu, ketika dia mengalihkan perhatiannya dari pandangan itu. Kemudian, ditunjukkan kepadanya sebuah tempat disurga, tempat yang dihiasi mewah dan bagus sekali, dimana dia mendapatkan pemandangan  amat kacau. Lalu, ketika dia mengalihkan perhatiannya dari pandangan itu. Kemudian, ditunjukkan kepadanya sebuah tempat disurga, tempat yang dihiasi mewah dan bagus sekali, dimana dia mendapatkan pemandangan yang menyenangkan. Dan diberi tahukan bawha dia akan diberi tempat disitu, jika dibangkitkan dihari kiamat kelak, karena selama hidupnya didunia, dia percaya kepada hari kiamat.

Ketika seorang yang jahat mati, dia didudukkan dikubur, tetapi diliputi rasa cemas dan takut. Pertanyaan yang sama juga diajukan kepadanya. Dia berkata bahwa dia tidak tahu apa-apa. Dia dulu hanya terbiasa mengulang apa yang didengar dari orang-orang. Berikutnya, gerbang surge dibuka, setelah memperlihatkan hiasan dan keindahannya dan semua kekayaan yang terkandung di dalamnya, dia diberi tahu bahwa itulah bakal tempat tinggalnya. Tetapi untuk sementara, dia tidak diizinkan masuk. Kemudian pemandangan neraka diperlihatkan kepadanya. Dia melihat suasana yang sangat kacau.  Lalu diberitahukan kepadanya bahwa tempat itu akan diberikan kepadanya karena sepanjang hidupnya di dunia, dia mempunyai keraguan dan mati dalam keadaan ragu.

Abu Qatadah mengatakan bahwa suatu hari ada prosesi penguburan yang kebetulan melewati Nabi Muhammad. Ketika beliau melihatnya, beliau teringat bahwa manusia hanya punya dua pilihan. Yakni, merasa senang ketika mati atau orang lain senang atas kematiannya. Beliau menjelaskan bahwa setelah mati, orang yang beriman merasa senang, karena telah dibebaskan dari kesulitan dunia dan akan bertemu Allah. Inilah alasan seseorang merasa senang. Sedang kematian seorang pendosa, akan membuat senang orang-orang yang tinggal di kota dan di desa, pohon-poon dan bintang-bintang, karena  dengan kematiannya, dunia terbebas dari ulah jahatnya.


Ibn Umar mengatakan bahwa suatu hari Nabi memegang bahunya dan menasehatinya untuk hidup di dunia seperti pelancong. Ibn Umar mengatakan bahwa pada pagi hari, seseorang harus menunggu malam, dan di malam hari seseorang harus menunggu pagi. Ketika seseorang sedang menikmati kesehatan yang baik, dia harus mempersiapkan diri melawan penyakit, karena selama masa sakit dia akan mendapatkan pahala atas samal baiknya yang dilakukan dalam kondisi sehatnya. Seseorang juga harus mempersiapkan diri untuk kematiannya.

Pernyataan Hasan Basri tentang kematian

Hasan Basri pernah berkata bahwa ketika seseorang meninggal dunia dan anggota keluarganya mulai meratapi, malaikat maut berdiri di pintu rumah dan berkata bahwa ia tidak akan merendahkan hidup orang itu jika dia memanfaatkan hartanya untuk kebaikan dirinya.

Malaikat maut harus berulang-ulang mendatangi rumah itu sampai semua anggota keluarga merasakan awan kematian. Hasan Basri bersumpah bahwa jika anggota keluarga yang ditinggalkan mampu melihat malaikat maut dan mendengarnya, mereka tentu akan melupakan si mayat dan berpaling kepada memikirkan diri mereka sendiri.

Kisah Seorang Israel

Yazid Raqqasyi berkata bahwa salah seorang Israel yang jahat sedang bersama istrinya ketika mereka melihat seorang asing memasuki rumahnya. Dia menjadi gusar dan melangkah menujunya. Dia bertanya siapakah dia dan atas izin siapa dia memasuki rumahnya. Orang itu menjawab bahwa dia masuk rumah atas izin pemilik rumah dan menambahkan bahwa tidak akan ada rintangan yang dapat menghalangi jalannya. Dia bahkan menganggap tidak perlu mencari izin ketika bertemu raja-raja.

Dia tidak akan takut terhadap penjahat yang paling ditakuti sekalipun. Segera setelah lelaki Israel itu mendengar orang asing itu, dia sangat ketakutan dan gemetaran, dan jatuh tersimpuh di lantai. Kemudian orang Israel itu berkata: “dia yakin sekali bahwa orang asing itu adalah malaikat maut. Dia lalu memohon kepada malaikat maut supaya memberinya waktu untuk membuat surat wasiat. Malaikat berkata bahwa waktu untuk membuat surat wasiat telah lewat dan saat kematiaannya segera datang.

Lebih lanjut, dia diberi tahu bahwa saat kematiannya sudah dekat dan tidak ada penundaan. Orang Israel itu lalu bertanya kepada malaikat maut kemana ia hendak membawanya. Malaikat maut memberitahukan bahwa dia akan membawanya kepada amal perbuatannya sendiri (persis seperti amal-amal yang telah dikerjakannya, maka disitulah tempatnya). Tempatnya di akhirat, ditentukan atas dasar amal perbuatan yang dikerjakannya di dunia ini. Orang Israel itu mengatakan bahwa ia tidak pernah mengerjakan perbuatan baik dan belum melakukan persiapan untuk akhirat. Kemudian malaikat maut memberitahukan bahwa dia akan membawanya ke dalam api neraka yang bergejolak. Setelah itu, malaikat maut mencabut nyawanya. Ketika dia mati, anggota keluarganya menyesali dan meratapinya.

Sebagian diantara mereka meneteskan air mata dan yang lainnya menangis. Yazid Raqqasyi  berkata: “seandainya orang-orang tahu derita kematian yang dialami orang yang meninggal dunia, mereka akan mulai merasakan pedihnya kematian yang harus ditanggung ketimbang kematiannya sendiri."

Kisah laki-laki jahat

Berikut Kisah renungan mengenai seorang laki-laki jahat.
Wahab in Munabbih mengatakan bahwa suatu kali malaikat maut dalam perjalanan mencabut nyawa seorang laki-laki jahat dan sadis. Dia bertemu malaikat yang mengaku telah mencabut nyawa banyak orang. Wahab bertanya kepada malaikat maut itu apakah dia pernah merasa iba dengan korban-korban yang dicabut nyawanya. Malaikat itu mengatakan bahwa ia pernah merasa kasihan kepada seorang perempuan yang hidup seorang diri di hutan. Dia diperintah mencabut nyawa perempuan itu ketika melahirkan seorang anak. Dia dikuasai perasaan iba terhadap perempuan itu dan anaknya, juga merasa resah tentang bagaimana jadinya anak kesepian itu di belantara sunyi. Tiba-tiba para malaikat memberi tahu malaikat maut itu bahwa orang jahat yang akan dicabut nyawanya adalah bayi sang ibu yang dibiarkan hidup. Mendengan kabar itu, sang malaikat maut begitu aget dan serta-merta mengagungkan puji-pujian kepada Allah.