Para Malaikat Menciumi Orang yang Meninggal
Kisah Renungan Islami - Para Malaikat Menciumi Orang yang Meninggal.
Artikel ini dikutip dari Buku "Mati itu spektakuler" Penerbit "Zaman".
Jangan lewatkan "Perubahan malaikat maut ketika mencabut nyawa".
Daud ibn Abi Hind menyatakan bahwa dia pernah jatuh sakit berat. Selama sakit, seseorang berkepala besar dan berbahu rata yang mirip orang Sudan muncul di depannya. Begitu melihat orang itu, dia berkata: "Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali." Dia mengira lelaki itu datang untuk mencabut nyawanya. Tetapi Daud bukanlah orang yang tidak beriman sehingga harus didatangi seorang malaikat berwarna hitam. Tak lama setelah itu, dia mendengar sebuah suara terdengar seperti atap rumah yang runtuh. Tiba-tiba atap di atasnya terbuka dan langit menjadi terlihat. Dua malaikat berpakaian putih turun dari langit. Kedua malaikat itu lalu memarahi orang hitam tersebut dan mengusirnya pergi. Namun lelaki hitam itu menatapnya dari jauh dan kedua malaikat itu terus saja memarahinya. Kemudian salah satu dari malaikat itu duduk di dekat kepala Daud dan yang satunya di dekat kakinya. Malaikat itu menyentuh kedua kakinya dan memberi tahu rekannya bahwa dia sering berjalan kaki untuk shalat. Kemudian yang kedua meminta kepada yang pertama untuk menyentuh mulutnya. Malaikat itu menyentuh mulutnya dan berkata bahwa mulut itu masih hangat dengan ucapan pujian kepada Tuhan. (Ibn Abi Dunya; Kitab Man Asya Ba'd al-Maut).
Artikel ini dikutip dari Buku "Mati itu spektakuler" Penerbit "Zaman".
Jangan lewatkan "Perubahan malaikat maut ketika mencabut nyawa".
Daud ibn Abi Hind menyatakan bahwa dia pernah jatuh sakit berat. Selama sakit, seseorang berkepala besar dan berbahu rata yang mirip orang Sudan muncul di depannya. Begitu melihat orang itu, dia berkata: "Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali." Dia mengira lelaki itu datang untuk mencabut nyawanya. Tetapi Daud bukanlah orang yang tidak beriman sehingga harus didatangi seorang malaikat berwarna hitam. Tak lama setelah itu, dia mendengar sebuah suara terdengar seperti atap rumah yang runtuh. Tiba-tiba atap di atasnya terbuka dan langit menjadi terlihat. Dua malaikat berpakaian putih turun dari langit. Kedua malaikat itu lalu memarahi orang hitam tersebut dan mengusirnya pergi. Namun lelaki hitam itu menatapnya dari jauh dan kedua malaikat itu terus saja memarahinya. Kemudian salah satu dari malaikat itu duduk di dekat kepala Daud dan yang satunya di dekat kakinya. Malaikat itu menyentuh kedua kakinya dan memberi tahu rekannya bahwa dia sering berjalan kaki untuk shalat. Kemudian yang kedua meminta kepada yang pertama untuk menyentuh mulutnya. Malaikat itu menyentuh mulutnya dan berkata bahwa mulut itu masih hangat dengan ucapan pujian kepada Tuhan. (Ibn Abi Dunya; Kitab Man Asya Ba'd al-Maut).
Abu Qatadah bercerita bahwa kemanakannya, Majan, sakit
keras. Dia enggan menjenguknya, karena Majan pernah berbuat salah terhadapnya.
Ketika Majan berada di ambang kematian, kasih sayang dan cinta Abu Qatadah
menguasainya. Ia menyadari bahwa Majan adalah anak saudara laki-lakinya dan dia
sedang berada dalam ambang kematian, karenanya dia harus mengetahui kondisi
kesehatannya. Abu Qatadah lalu menjenguk kemanakannya yang sedang sakit itu.
Majan mengatakan kepadanya bahwa dua orang laki-laki hitam muncul dengan
membawa martil di tangannya. Kemudian dua malaikat turun dari atap rumah itu.
Dia mendengar salah seorang malaikat itu berkata kepada yang lain bahwa dia
harus pergi ke orang yang sakit untuk memastikan apakah dia telah mengerjakan
perbuatan saleh atau tidak. Maka salah satu dari malaikat itu mendekatinya dan
menciumi kapala, perut, dan kakinya. Kemudian malaikat itu kembali dan memberi
tahu rekannya bahwa dia telah mencium kepalanya tapi kosong dari Al-Quran, dia
telah mencium perutnya tapi tidak ada tanda-tanda pernah puasa. Dan dia telah
menciumi kakinya tapi tidak ditemukan tanda-tanda pernah melakukan ibadah.
Setelah itu, malaikat yang lainnya mendekati Majan dan menciumi kepala, perut,
telapak kaki dan telapak tangan. Kemudian Abu Qatadah mendengar malaikat itu
berkata bahwa dia heran mengapa seorang pengikut Nabi seperti Majan tidak
memiliki sifat-sifat mulia. Lalu malaikat itu membuka mulut Majan dan menekan
ujung lidahnya. Abu Qatadah mengatakan bahwa waktu itulah dia mendengar
ma-laikat berseru "Allahu Akbar" dan berkata bahwa dia telah
menemukan takbir di ujung lidahnya yang pernah diucapkan-nya dengan ikhlas di
Antakia, sebuah kota di kerajaan Romawi. Segera kedua malaikat meremas
lidahnya, aroma kesturi menyebar ke semua arah, dan barulah nyawa Majan
dicabut. Abu Qatadah mengatakan bahwa ketika malaikat pergi setelah mencabut
nyawa kemanakannya itu, dia meminta kedua orang hitam yang sedang berdiri di
pintu untuk meninggalkannya, karena mereka tidak boleh menyentuh jenazah itu.
Di pagi harinya, Abu Qatadah menceritakan kejadian ini kepada orang-orang. Satu
hal yang sangat mengharukan mereka. Setelah melaksanakan shalat jenazah, mereka
mendoakan arwah Majan.
Baca juga post sebelumnya : Durhaka kepada orang tua
Baca juga post sebelumnya : Durhaka kepada orang tua
0 comments:
Post a Comment