Kisah Seorang Musyrik Yang Mendapat Hidayah


Kisah Renungan Islami - Berikut ini kisah seorang musyrik yang mendapatkan hidayah di penghujung hidupnya. Seorang musyrik ini dahulunya adalah penyembah patung, kemudian ia diberikan petunjuk oleh Allah melalui hambanya yang lain. Seperti apakah proses orang musyrik ini mendapatkan hidayah pada akhir hayatnya. Kisah ini dikutip dari Buku "Mati itu spektakuler" Penerbit "Zaman".
Baca juga : Kisah penyesalan laki-laki kaya

kisah seorang musyrik


Kisah Renungan

Abdul Wahid ibn Zaid, keturunan orang-orang shaleh Nasrani, berkata: "Suatu hari, kami sedang berlayar dengan sebuah perahu. Tiba-tiba angin topan meniup perahu kami ke sebuah pulau, dimana kami melihat seorang laki-laki yang sedang sibuk memuja patung. Kami bertanya kepada siapa dia sedang menyembah. Dia menunjuk ke patung itu. Kami bertanya kepadanya bahwa Tuhannya dipahat tangannya sendiri. Sesuatu yang kita buat sendiri tidak layak disembah. Dia bertanya, "jadi siapa yang kamu sembah?" kami menjawab "Kami menyembah Allah yang tinggal ditempat tertinggi. Dialah penguasa yang mutlak yang mengendalikan bumi. Semua makhluk berada di bawah bayangan kebesaran dan Keagungan-Nya." Dia bertanya bagaimana kami memahami Tuhan Yang Maha Agung itu. Kami menjawab, "Dia mengirimkan pesuruh-Nya yang sangat penyayang dan baik hati. Pesuruh Allah ini mengungkapkan semua hal kepada kami.

Kemudian dia meminta diberitahu tempat tinggal sang pesuruh itu. Kami memberitahunya, karena dia telah menyampaikan kepada kami semua pesan-pesan Tuhan, maka Tuhan telah memanggilnya ke surga. Dia bertanya lagi, "Apakah pesuruh itu meninggalkan suatu pedoman kepada kita?" Kami menginformasikan bahwa beliau maninggalkan kitab suci (Al-Quran) sebagai pedoman. Dia mengatakan kalau dia tidak dapat membaca dan meminta supaya dibacakan sedikit untuknya. Setelah dibacakan, dia berkata, "Hanya pewahyu kitab suci inilah yang kita sembah." Kemudian dia menjadi muslim.

Setelah itu kami memperkenalkan dia dengan dasar-dasar keislaman dan perintah-perintah Allah. Kami juga menjelaskan sebagian maksud dari surah Al-Quran. Sesudah menunaikan shalat isya yang pertama baginya, kamipun pergi tidur. Menjelang tidur dia bertanya, "Apakah Allah juga tidur di malam hari?" kami menjawab, "Allah tetap terjaga (hidup) dan kekal. Dia tidak tidur ataupun mengantuk." Dia lalu berkata, "Kalau begitu betapa durhakanya kalian, Tuhan kalian selalu terjaga sementara kalian tidur." Mendengar ucapannya, kami kaget. Ketika kami hendak pulang dari pulau itu, dia memohon kepada kami supaya mengajaknya pula agar lebih dapat mempelajari ajaran-ajaran Islam. Akhirnya kami membawanya serta.

Sesampainya di kota Abadam, kota Abdul Wahid, aku berkata kepada sahabat-sahabatku: "orang ini adalah muallaf, karena itu kita harus memberinya sedikit nafkah juga." Lalu kami memberinya beberapa dirham dari uang kami, tapi dia berkata, "Apa ini?" kami menjelaskan, "ini beberapa dirham untuk belanjamu."Dia menimpali "Tidak ada Tuhan selain Allah, telah kalian tunjuki aku jalan yang tidak kalian ikuti. Aku berada disuatu pulau dimana aku menyembah berhala, bukan Tuhan Yang Maha Agung. Bahkan dalam keadaan begitu, dia tidak menghancurkanku maupun mematikanku, sekalipun kenyataannya aku tidak mengenal-Nya."

Setelah tiga hari, kami diberitahu bahwa dia dalam kondisi sekarat. Kami menjenguknya dan menanyakan bila masih ada kebutuhan yang masih harus dipenuhi. Dia mengatakan bahwa Allah telah menyebabkan kami mengunjungi pulau itu untuk menunjukinya jalan dan itu semua telah memenuhi kebutuhannya. Abdul Wahid berkata, "Aku tiba-tiba mengantuk dan tertidur disana. Saat tertidur, aku melihat sebuah taman yang sangat subur yang mana di dalamnya terdapat sebuah kubah yang sangat indah, sebuah singgasana terhampar, dimana seorang gadis rupawan duduk di atasnya, kecantikan yang belum pernah aku saksikan." Gadis itu tiba-tiba berkata, "Demi Allah antarkan dia segera." Melihat kegelisahannya yang sedemikian rupa, membuat pikiran aku tambah bertanya-tanya.

Lebih lanjut Abdul Wahid berkata, "saat aku terjaga, muallaf itu telah menghembuskan nafas terakhirnya. Kami lalu menguburkannya." Pada malam harinya," ujar Abdul Wahid "aku melihat taman yang sama, kubah yang sama, dan gadis yang sama sedang duduk disebelah muallaf itu yang sedang membaca ayat Al-Quran, yang kurang lebih berarti: dan para malaikat mengunjungi dari setiap pintu dan mengucapkan salam dan keselamatan dari segala azab yang pedih. Ini adalah balasan dari kesetiaanmu terhadap agama Islam. Karenanya,  disediakan pahala yang baik bagimu di negeri akhirat.

Ini semua merupakan tanda betapa Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun. Karena selama masa hidupnya lelaki itu musyrik, tetapi  menjelang ajalnya dia mendapat karunia-Nya dan Allah memberkatinya dengan kemuliaan akhirat.

Wahai penguasa dunia, barang siapa yang Engakau anugerahi sesuatu, maka tak seorangpun dapat menghalanginya. Dan barang siapa yang Engkau tidak anugerahi, tidak seorangpun dapat menganugerahkannya.

Demikian kisah seorang musyrik yang mendapatkan hidayah, semoga bisa menjadi bahan renungan bahwa Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hambanya. Baca juga "Kisah kematian orang-orang takwa".

0 comments:

Post a Comment