Kisah Seorang Pemuda yang Pergi Berhaji


Pada kisah sebelumnya "Kisah putra Harus Ar-Rasyid" sekarang kisah renungan islami kembali menyajikan kisah renungan yang berjudul Kisah Seorang Pemuda yang Pergi Berhaji. Kejadian ganjil apakah yang dialami pemuda ini, baca kisah selengkapnya.

Ibrahim Khawas berkata: Aku berhaji bersama rombongan banyak teman yang sudah pernah berhaji. Dalam perjalanan, tiba-tiba aku dikuasai dorongan untuk menyendiri dan timbul keinginan kuat dalam diriku untuk pergi meninggalkan rombongan itu. Maka, aku tinggalkan rombongan itu dan mengambil jalur lain seorang diri. Aku teruskan perjalanan sendirian ini selama tiga hari tiga malam tanpa henti dan tak pernah terpikir olehku makan maupun minum. Setelah berjalan tiga hari tiga malam, aku sampai di hutan yang rimbun dan hijau, di mana tumbuh buah-buahan dan bunga-bunga dari berbagai jenis, semua baunya harum dan manis. Di tengah-tengah tempat ini ada sebuah sumber air yang bergolak. Aku menganggap inilah surga yang benar-benar mengagumkan. Aku masih dalam keterpanaan ketika melihat serombongan orang yang sedang berjalan menuju ke arahku. Wajah-wajah rombongan ini seperti manusia. Mereka mengenakan kain indah yang bergambar. Mereka mengelilingiku dan memberi salam. Aku jawab salam mereka dan berkata: "Di mana kalian dan di mana aku?" Tiba-tiba aku merasa bahwa mereka adalah jin.

Salah seorang dari mereka berkata: "Memang ada perseilisihan pendapat di antara kalian (manusia) tentang kami. Pada malam pengambilan sumpah setia kepada Allah, kami mendengar kitab suci (Al-Quran) yang telah membebaskan kami dari semua kecemasan dunia. Lalu, Tuhan menganugerahkan tempat ini untuk kami." Aku bertanya: "Seberapa jauh tempat di mana aku meninggalkan teman-temanku?" Mendengar pertanyaanku, salah seorang dari mereka tersenyum dan berkata: "Wahai Abdul Ishak, mistri adalah cara-cara Allah. Seorang pemuda dari bangsamu pernah datang ke sini dan meninggal di tempat ini. "Lihatlah, inilah kuburannya," mereka menunjuk sebuah kuburan. Aku melihat kuburan yang berada di tepi kolam itu, dikelilingi taman kecil di mana tumbuh aneka bunga yang belum pernah aku lihat.

Kemudian jin itu berkata: "Jarak ke tempat itu dari sini memakan waktu berbulan-bulan lamanya." Ibrahim berkata: "Baik, beri tahu aku ciri-ciri anak muda itu." Salah seorang dari mereka lalu menceritakan kepadaku tentang anak muda itu: Kami sedang duduk-duduk di sisi sumber air itu sementara membincangkan tentang kuatnya cinta Allah. Tidak lama kemudian datanglah anak muda itu dengan memberi salam kepada kami. Kami jawab salamnya, dan bertanya: "Wahai anak muda, dari mana asalmu?" Dia menjawab: "Nishapur." Kami bertanya lagi, "Sudah berapa lama kamu meninggalkan kota itu?" Dia menjawab: "Tujuh hari." "Apa tujuanmu meninggalkan kota itu?" tanya kami lagi. "Aku telah mendengar firman-firman suci, di antaranya adalah:
Dan kembalilah kepada Tuhanmu (dengan penuh penyesalan) dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab, dan kemudian kamu tidak dapat ditolong. (Q.S. 39: 54).

Kami bertanya lebih lanjut: "Apa yang dimaksud dengan ‘rasa sesal’ dan azab?'" Dia lalu menjelaskannya. Ketika sampai pada pembahasan "azab," dia menjerit dan meninggal dunia. Lalu kami menguburkannya di sini.

Ibrahim berkata: "Aku sangat terkesan mendengar cerita itu. Karenanya, aku dekati kubur itu dan kulihat ada sebuah karangan bunga bakung yang sangat besar. Di bagian kepala kuburnya, tertulis kata-kata berbahasa Arab: inilah kubur kekasih Allah. Ia meninggal karena hatinya yang teguh."

Di atas daun bakung, tertulis penjelasan kata "rasa sesal." Aku membacanya dan para jin itu memintaku memberitahukan maksud kata itu. Mereka menjadi sangat senang dan mulai bersuka cita. Mereka berkata: "Persoalan kami yang menjadi perselisihan di antara kami telah terpecahkan." Ibrahim berkata: "Aku lalu merasa ngantuk. Dan ketika aku terjaga, aku telah berada di dekat masjid Aisyah yang terletak di daerah Tan'im (dekat Makkah) dan menemukan sebuah karangan bunga tergeletak di bajuku. Bunga itu tetap aku simpan selama satu tahun. Anehnya, bunga-bunga itu tetap segar. Namun demikian, setelah beberapa hari (dari satu tahun itu), karangan bunga itu tiba-tiba menghilang."

0 comments:

Post a Comment